Ephemeral





Seharusnya senja ini menyenangkan
Seharusnya senyum yang sudah dipersiapkan untuk hari ini sudah siap
Sayangnya...
Biar kutebak, pasti hancur bukan
Aliran air yang menetes sebelum ini sebenarnya sudah menjadi pertanda
“Hari ini tidak ada senyuman yang dapat dipersembahkan”
Aku mengenal arti itu sejujurnya, sayangnya aku tidak ingin selalu berpikiran jika itu arti yang buruk
Kamu, namanya yang selalu kubisikan setiap peluru air itu mengguyur bumi
Apa salah jika aku ingin memberimu senyuman?
Apa salah jika aku ingin mengenalmu?
Apa salah jika aku berharap kamu dapat mengenalku?
Aku masih mengingat, dimana saat manik gelap itu menatap
Aku masih mengingat, dimana saat dirimu dalam cahaya yang siap membebaskanku dari kegelapan
Peristiwa itu semua terjadi saat peluru air mengguyur bumi
Tetapi sekarang sudah menjadi efemeral yang tak akan terulang kembali
Aku merindukan tatapan itu sekarang dan seterusnya
Apakah waktu tidak bisa kuputar
Bolehkah si pecandu senja ini berharap ini dapat terulang kembali
Aku berharap kepada alam semesta

Kumohon, berikan beberapa kali dengan hujan



Note :
Puisi ini di tulis oleh DeyGista 7B
dalam rangka kegiatan Rabu Berpuisi Jurnalis Cilik SMIPOR

Comments

Popular posts from this blog

Siswa dengan nilai terbaik UNBK

Lomba Pramuka di SMPN 2 Porong

Pengajar SMPN 1 Porong- Guru Matematika