Berkaca Dalam Merdeka
Ayam berkokok,burung
berkicau,sang surya yang sudah memancar. akan
tetapi apalah daya anak manusia yang satu ini masih bergelut dengan selimutnya.
“Zohri.......,cepat
bangun atau kuota bulanan kamu berkurang.”teriak ibuku semerdu Agnes Monica yang memekikkan telinga.
Terkejut,itu
yang aku rasakan tetapi kantuk yang lebih menang,”Bentar Bu satu jam eh lima
menit,lagiankan sekarang tanggal merah.”
“Tanggal
merah kepalamu,cepat siap-siap,pukul 06.30 ada upacara kemerdekaan RI ke
73”Omel Ibuku yang mirip atlet badminton Susi Susanti, yah walaupun cuma
namanya saja
.
“Males,buat
surat izin aja.”ucapku
“kamu
tinggal berdiri aja mengeluh,emangnya merdeka itu segampang nyelesain masalah
di rumah kuya.”celoteh ibu.
Tanpa
basa basi langsung aku bersiap-siap.
“Aku
pergi,assalamualaikum”sambil mengecup tangan ibu dan ayah.
Sesampainya di Sekolah aku
segera masuk barisan .
“ssst...Ri,baris
di belakang aja biar bisa ngerumpi!”ucap temanku Tantowi.
“eh,kamu
laki atau bukan”seru sohibku Bagus kahfi.
Pembicaraan
kami diambil alih oleh Bapak Ibu Guru,”Perhatian upacara akan segera dimulai.”
Singkat
cerita setelah upacara bendera kami di suguhi sebuah film perjuangan.
Ditengah-tengah
tayangan.
“hiks...hiks
kasihan tentaranya,kan sayang wajah tampannya.”kata Liliana.
Pantesan
indonesia nggak berkembang,pemikiran anak mudanya naudzubillah.
Tak
terasa film telah usai dan kita diperbolehkan pulang.di sepanjang perjalanan
aku sedikit merenung,bayang-bayang bambu runcing dan proklamasi kemerdekaan
masih tergambar jelas dibenakku dan kutipan Ir soekarno”Perjuanganku lebih
mudah karena melawan penjajah,perjuanganmu lebih sulit karena melawan Bangsa
sendiri.” Betapa tak bersyukurnya diriku atas kemerdekaan indonesia.
Comments
Post a Comment